Kehidupan Awal dan Pendidikan
St. Jerome, yang dikenal dengan nama lengkap Eusebius Sophronius Hieronymus, Seorang penerjemah alkitab yang lahir sekitar tahun 347 M di Stridon, sebuah kota yang terletak di perbatasan antara Dalmatia dan Pannonia, wilayah yang sekarang adalah Slovenia dan Kroasia. Latar belakang keluarganya adalah Kristen, dan sejak muda, Jerome menunjukkan kecerdasan luar biasa dan kecintaan yang mendalam pada pembelajaran.
Pada usia muda, Jerome dikirim oleh orang tuanya ke Roma, pusat intelektual dan budaya dunia pada saat itu, untuk melanjutkan pendidikannya. Di Roma, Jerome belajar di bawah bimbingan Donatus, seorang ahli tata bahasa yang terkenal, dan di sana dia menguasai bahasa Latin dan Yunani klasik. Pendidikan klasik ini memberikan Jerome landasan yang kuat dalam retorika, tata bahasa, dan filsafat, yang kelak sangat berguna dalam karyanya sebagai penerjemah Alkitab.
Perjalanan Spiritual dan Pengalaman Hidup
Meskipun mendapatkan pendidikan yang sangat baik, Jerome merasakan kekosongan spiritual dan pencarian makna hidup. Pada usia sekitar 20 tahun, dia melakukan perjalanan ke Trier di Gaul (sekarang Jerman), di mana dia pertama kali tertarik pada kehidupan monastik. Setelah kembali ke Roma, Jerome memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya pada pelayanan Tuhan dan bergabung dengan komunitas monastik.
Pada tahun 373 M, Jerome memulai perjalanan panjang menuju Timur Tengah, yang membawanya ke Antiokhia, tempat dia bertemu dengan teolog terkenal Apollinaris dari Laodikia. Di Antiokhia, Jerome belajar bahasa Ibrani di bawah bimbingan seorang guru Yahudi dan memperdalam pengetahuannya tentang teks-teks Perjanjian Lama. Di sana pula Jerome mengalami visi yang mengubah hidupnya, di mana dia merasa dipanggil untuk mendedikasikan dirinya sepenuhnya pada pelayanan Tuhan dan mempelajari Alkitab.
Kembali ke Roma dan Tugas Besar Penerjemahan
Pada tahun 382 M, Jerome dipanggil kembali ke Roma oleh Paus Damasus I, yang meminta bantuannya untuk memperbaiki dan menerjemahkan teks-teks Alkitab. Pada saat itu, terdapat banyak versi Alkitab dalam bahasa Latin yang beredar, dan ketidakkonsistenan serta kesalahan dalam terjemahan menjadi masalah yang serius bagi Gereja.
Proyek Vulgate
Paus Damasus memberikan Jerome tugas besar untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Latin yang standar, yang kelak dikenal sebagai Vulgate. Jerome memulai dengan memperbaiki terjemahan Injil berdasarkan teks Yunani, dan kemudian melanjutkan dengan Perjanjian Lama dari teks Ibrani. Proyek ini sangat monumental dan memakan waktu lebih dari 20 tahun untuk diselesaikan.
Untuk menerjemahkan Perjanjian Lama, Jerome pindah ke Betlehem, di mana dia mendirikan sebuah biara dan mendirikan sebuah scriptorium (tempat penyalinan naskah). Dia bekerja dengan sangat teliti, memeriksa setiap ayat dan kata dengan cermat. Jerome juga menguasai bahasa Ibrani dengan sangat baik, sehingga dia mampu menerjemahkan langsung dari teks Ibrani asli, bukan dari versi Yunani Septuaginta yang lebih umum digunakan pada waktu itu.
Metode dan Tantangan dalam Penerjemahan
Jerome adalah seorang penerjemah yang sangat teliti dan akurat. Dia percaya bahwa penerjemahan bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga tentang makna dan konteks. Jerome berusaha untuk tetap setia pada teks asli, namun juga memastikan bahwa terjemahannya dapat dipahami oleh pembaca Latin.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Jerome adalah perbedaan antara budaya Yahudi dan Romawi. Dia harus menemukan cara untuk menyampaikan konsep dan praktik Yahudi dalam bahasa dan budaya Latin tanpa mengubah makna asli. Selain itu, Jerome juga harus mengatasi resistensi dari beberapa pihak dalam Gereja yang lebih suka menggunakan versi Septuaginta.
Dampak dan Warisan Vulgate
Setelah selesai, Vulgate menjadi versi resmi Alkitab yang digunakan oleh Gereja Katolik selama lebih dari seribu tahun. Terjemahan ini memainkan peran penting dalam menyebarkan ajaran Kristen di seluruh Eropa dan menjadi dasar bagi banyak karya teologis dan liturgis.